Padang - Para pejabat AS menjaga jalur komunikasi tetap terbuka dengan rekan-rekan tingkat tinggi Rusia untuk mencegah risiko kemungkinan konflik nuklir, kata Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, Senin.
The Wall Street Journal sebelumnya melaporkan bahwa Sullivan telah terlibat dalam kontak di belakang layar dengan pejabat senior Rusia, berusaha untuk mengurangi bahaya konflik yang lebih luas atas Ukraina.
Berbicara di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Council on Foreign Relations, sebuah organisasi non-partisan AS, Sullivan diminta untuk mengomentari masalah tersebut. Dia mengatakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden memiliki “kesempatan untuk terlibat di tingkat senior dengan Rusia untuk berkomunikasi, untuk mengurangi risiko” dan untuk “menyampaikan konsekuensi dari potensi penggunaan senjata nuklir”.
Sullivan menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang jalur komunikasi, tetapi mengakui dampak yang cukup serius yang dihadapi AS, karena konflik Ukraina.
“Seperti yang dikatakan Presiden Biden sendiri, risiko penggunaan senjata nuklir dapat memicu reaksi berantai yang setiap orang dapat menggunakan nalar mereka untuk melihat ke mana arahnya,” tegasnya, seraya menambahkan bahwa Washington harus “terus terang dan langsung” mengenai hal bahaya ini.
Presiden Vladimir Putin baru-baru ini bersumpah untuk menggunakan “semua cara yang tersedia bagi kita” untuk membela rakyat dan wilayah Rusia. Namun, pada akhir Oktober, ia mengklarifikasi bahwa Rusia tidak perlu melakukan serangan nuklir, karena itu tidak masuk akal secara politik atau militer.
Menurut Putin, “tujuan dari keributan saat ini seputar ancaman semacam itu dan potensi penggunaan senjata nuklir” adalah untuk meyakinkan teman-teman Rusia atau negara-negara netral bahwa “mereka semua perlu menghadapi Rusia secara kolektif”.
Laporan The Wall Street Journal pada hari Minggu mengutip pejabat AS dan sekutu yang mengatakan Sullivan telah berhubungan dengan pejabat tinggi Rusia "untuk menjaga dari risiko eskalasi dan menjaga saluran komunikasi tetap terbuka." Menteri Informasi Kremlin Dmitry Peskov kemudian mengatakan Rusia tidak mengatakan apa-apa tentang laporan itu, menambahkan bahwa "surat kabar Anglo-Saxon merilis banyak cerita bohong."