Padang - Presiden China Xi Jinping telah meminta militer negara itu untuk memastikan siap untuk menanggapi ancaman keamanan yang timbul dari era baru pergolakan global. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) harus berlatih lebih keras agar siap bertempur, katanya.
Dunia saat ini sedang mengalami perubahan sangat cepat, yang meningkatkan ketidakstabilan dan ketidakpastian, serta mempengaruhi keamanan nasional, presiden China memperingatkan itu pada hari Selasa, seperti dikutip oleh media nasional.
Seluruh militer “harus menerapkan ide Partai (Komunis) untuk memperkuat tentara di era baru” dengan berkonsentrasi untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuannya dalam berperang, kata Xi. PLA harus “dengan tegas membela kedaulatan nasional, keamanan dan kepentingan pembangunan,” tambahnya.
Instruksi yang dikeluarkan oleh pemimpin China itu didasarkan pada keputusan yang diambil bulan lalu selama Kongres Partai Komunis China, jelasnya. Pertemuan itu menghasilkan perombakan kepemimpinan senior partai. Xi disetujui untuk masa jabatan lima tahun ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya di pucuk pimpinan partai, dan dengan perluasan negara.
Selama laporannya kepada delegasi partai, Xi menyoroti risiko konflik bersenjata atas Taiwan, sebuah pulau China yang memiliki pemerintahan sendiri. Dia menegaskan kembali bahwa tujuan utama Beijing adalah reunifikasi damai, tetapi memperingatkan bahwa Beijing berhak menggunakan kekuatan militer untuk mencegah kemungkinan upaya oleh pemerintah Taiwan untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Masalah Taiwan adalah salah satu pemicu ketegangan yang sedang berlangsung antara Washington dan Beijing. Presiden AS Joe Biden mematahkan tradisi lama yang terkesan mengambang dengan berjanji untuk menggunakan pasukan Amerika untuk membela Taiwan jika terjadi serangan PLA.
Pejabat AS semakin memperlakukan pulau itu sebagai negara berdaulat, yang disebut Beijing sebagai ancaman langsung terhadap kebijakan "Satu China", yang diakui secara resmi oleh Washington.
Pemerintahan Biden meningkatkan pengiriman senjata ke Taiwan dan sebaliknya berusaha untuk meningkatkan kehadiran AS di kawasan Asia-Pasifik, yang diklaim perlu untuk melawan pengaruh jahat China.