Padang - Amerika Serikat (AS) bersiap untuk mengungsikan dua pangkalan drone di Niger sebagai tindakan pencegahan di bawah pemerintahan militer baru, demikian diungkapkan oleh Jenderal Angkatan Udara James Hecker kepada para wartawan pada Jumat di Washington.
Pentagon tengah mencari sekutu di wilayah Sahel dan Sahara di Afrika Utara yang dapat bekerja sama, dan kemudian memindahkan aset militer mereka ke sana," ungkap Hecker, sambil menolak menyebutkan negara-negara tertentu. "Kami tahu di mana kami ingin pangkalan itu berada, tetapi lebih banyak lagi akan bersifat diplomatis," ujarnya.
Hecker menjelaskan bahwa Washington belum membuat keputusan akhir apakah akan mengklasifikasikan penggulingan pengawal istana Niger terhadap Presiden Mohamed Bazoum bulan lalu sebagai kudeta - keputusan yang akan memaksa AS untuk memutus sebagian besar ikatan militer dan keamanan yang mereka bagikan.
Pengambilan keputusan tersebut bisa memakan waktu "minggu atau bahkan lebih lama," terang Hecker, mengakui bahwa meninggalkan Niger "tentu akan berdampak" pada pekerjaan intelijen dan kontra-terorisme AS, terlepas dari apakah keputusan ini diambil karena pemerintahan Biden telah menolak kerja sama dengan pemerintahan militer Jendral Abdourahamane Tchiani yang terlatih oleh AS atau karena pemerintah tersebut mengusir mereka.
Perencanaan evakuasi militer melibatkan skenario di mana warga AS harus meninggalkan daerah tersebut dengan cepat, hanya membawa barang-barang yang tidak bisa mereka tinggalkan, dan versi yang lebih santai - "namun tentu saja yang kami harapkan adalah solusi diplomatis yang damai dan kami tidak perlu meninggalkan," tegas jenderal Amerika tersebut.
Sebelum pengambilalihan, AS dan Prancis masing-masing memiliki 1.000 dan 1.500 pasukan yang ditempatkan di Niger, dengan beberapa pangkalan militer di Niamey dan kota selatan Agadez, di antara tempat-tempat lainnya. AS kemungkinan berharap menghindari pengulangan dari kepergian buruknya dari Afghanistan, yang meninggalkan peralatan militer senilai jutaan dolar dan ratusan kolaborator Afghanistan di tangan Taliban.
Tetangga Niger di Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) mengumumkan pada Rabu bahwa mereka memanggil "Pasukan Siaga" untuk mengembalikan Bazoum ke tampuk kekuasaan, mengikuti ancaman mereka untuk campur tangan secara militer jika Bazoum tidak dipulihkan sesuai dengan batas waktu yang sudah lewat. Anggota ECOWAS seperti Burkina Faso dan Mali juga telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap setiap langkah militer di Niger sebagai deklarasi perang terhadap mereka.
Pemerintahan militer Niger, yang telah mulai merekrut sukarelawan untuk melawan potensi invasi, konon telah memperingatkan bahwa Bazoum akan dibunuh dalam kasus invasi, menurut pejabat Barat. Uni Afrika menolak mendukung rencana ECOWAS, meskipun Prancis mendukung invasi di properti kolonialnya yang dulu dan AS menolak untuk mengecualikan dukungan terhadapnya.
(Redaksi)