PADANG, Nusantaramedia.co.id - Kenagarian Saniangbaka, salah satu nagari yang terletak di tepi Danau Singkarak, kini tengah mengambil langkah besar untuk mengembangkan potensi wisata alam dan budaya lokalnya. Terletak sekitar 15 km dari Kota Solok dan 35 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Solok Sukarami, nagari ini memiliki sejumlah potensi yang belum tergali sepenuhnya. Jumat (29/09/2023).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022, Kenagarian Saniangbaka memiliki populasi sebanyak 1.509 jiwa, yang mayoritas merupakan suku Minangkabau. Mata pencaharian penduduk di desa ini mencakup berbagai sektor, termasuk pertanian, pegawai negeri sipil, pedagang, nelayan tradisional, dan pengrajin sulaman benang emas.
Selain memiliki kekayaan alam, Kenagarian Saniangbaka juga dikenal karena tradisi adat dan budaya yang kental. Tari-tarian tradisional, musik tradisional, dan upacara adat masih sangat dijunjung tinggi oleh penduduk setempat, yang sangat menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka.
Namun, pada survey awal oleh tim pengusul Program Pengembangan Nagari Binaan (PPNB) pada tanggal 7 April 2023, terungkap bahwa pengembangan wisata di Kenagarian Saniangbaka menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah kekhawatiran akan dampak negatif terhadap tradisi dan budaya lokal akibat kedatangan wisatawan. Beberapa orang di komunitas masih memandang wisata sebagai ancaman terhadap nilai-nilai moral, generasi muda, dan agama.
Program Pengembangan Nagari Binaan (PPNB) yang diusulkan bertujuan untuk mengatasi kendala-kendala ini. Salah satu upaya utama dalam program ini adalah memberikan edukasi yang komprehensif tentang wisata yang positif, sambil tetap mempertahankan alam, budaya, dan nilai-nilai lokal. Konsep ini dikenal sebagai "green tourisme" dan "Islamic tourisme," yang menggabungkan keindahan alam dan nilai-nilai agama sebagai daya tarik wisata.
Program ini telah mendapatkan dukungan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Padang (UNP) dan telah mendapatkan dana. Tim pelaksana PPNB terdiri dari sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu, yang akan mendukung efektivitas program ini.
Pada tanggal 8 September 2023, Wali Nagari Saniangbaka secara resmi membuka program ini dalam sebuah acara di kantor wali nagari. Program ini akan fokus pada edukasi wisata positif kepada masyarakat, pemetaan dan eksplorasi potensi wisata, serta pembinaan kepada pelaku seni, budaya, dan UMKM yang akan mendukung Green-GeoPark Tourisme.
Wali Nagari Saniangbaka, Dasrizal Chandra Bahar, menyatakan pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat tentang green tourism sebagai dasar pengembangan Green-GeoPark di Kenagarian Saniangbaka. Eldo Askhia, Ketua Pokdarwis Tangaya, juga menyampaikan bahwa potensi objek wisata Green-GeoPark di Kenagarian Saniangbaka sangat besar.
Selama pembukaan program, tim pelaksana PPNB bersama dengan Pokdarwis Tangaya melakukan eksplorasi dan pemetaan potensi wisata Green-GeoPark. Mereka menelusuri objek wisata alam dan sejarah, serta jalur trekking menuju berbagai lokasi objek Green-GeoPark.
Selain pemetaan dan eksplorasi, program ini juga memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM tentang legalitas usaha dan pemasaran. Pelatihan ini didasarkan pada hasil analisis angket yang menunjukkan bahwa kedua topik ini menjadi kebutuhan mendesak bagi para pelaku UMKM di Kenagarian Saniangbaka.
Program PPNB juga mendampingi pelaku seni dan budaya dengan menghadirkan Maestro Tari Ery Mefri dari Nan Jombang Company Dance, yang merupakan putra asli Kenagarian Saniangbaka. Ery Mefri berbagi wawasan tentang peran penting seni dan budaya dalam keberhasilan program Nagari Wisata.
Kegiatan PPNB ini diharapkan akan mendapatkan dukungan dari seluruh pihak, termasuk pemerintah nagari, pelaku UMKM, dan seni budaya, sehingga pengembangan Desa Wisata Green-GeoPark di Kenagarian Saniangbaka dapat berhasil dan berkelanjutan.
(Raffa Ramadhan)